Wednesday, August 1, 2012

El-Nido (Raja Ampat-nya Philipine)


“EL NIDO”, pertama kali mendengar mungkin beberapa orang sangat tidak familiar. Dimana itu? Caranya kesana gimana?
 
Benar. EL NIDO memang tidak se- “famous” dan “familiar” seperti Phuket, Phi Phi Island yang dimiliki oleh Thailand, Ho chi min nya Vietnam, Angkor Wat, dan aneka tujuan wisata Negara teangga lainnya yang sudah lebih dulu terkenal.
Bersukur pada Tuhan kali ini kami (saya, bersama dua sahabat saya Anita dan Achonk) memiliki kesempatan untuk melihat langsung keindahan alam EL NIDO yang terletak di Palawan, Philipine.

Berawal dari melihat El nido di National Geographic (stasiun TV favorit yang ga ketinggalan ditonton setiap harinya). Saat itu, saya terkesima dengan bule yang asik berenang di tengah lagoon-lagoon (laguna) dengan air yang jernih. Saya pun langsung sharing kepada dua sahabat saya itu yang menamakan diri The NEKAD TRAVELER. Kenapa dinamain seperti itu? Karena basic-nya emang orang-orangnya nekat, ada ga ada duit tetep berangkat, prinsipnya yang penting bahagia dan rezeki engga kemana, dan cenderung simple, tidak pernah meributkan soal cape, jalannya jauh, ataupun makan apa, tidur dimana. Hehehe..

Setelah shared tentang el Nido, sahabat saya Achong langsung book begitu ada tiket murah promo ke Philipine. Maklum rute pesawat Jakarta-manila masih belum banyak dan terbilang sangat mahal. Lain kalau ke Phuket, Thailand, Bangkok, Vietnam dimana low cost airlines seperti Air Asia sudah provide. Tanpa fikir panjang, mengingat perjalanan kesana lumayan jauh, kami pun agree dan langsung book tiket untuk 3 orang.

KENAPA ELNIDO kan di Indonesia juga banyak pantai yang cantik, bahkan jauh lebih menarik?
Pertanyaan itu mungkin yang pertama muncul di benak kawan-kawan. Betul, Indonesia itu memang lebih indah, lebih kaya, kekayaan alamnya sangat menggoda. Tapi untuk mendapatkan kepuasan yang serupa (kepuasan disini adalah dari segi biaya, kebersihan, dan kenyamanan) tidak sedikit kita harus mengunjungi sisi timur Indonesia dulu untuk bisa melihat awan yang masih biru cerah dengan hiasan bentuk-bentuknya, laut dengan degradasi warna yang memukau, dan snorkeling atau sekedar berenang di air yang jernih biru kehijauan, ataupun sekedar leyeh-leyeh di pasir putih (white sands).
Biaya yang dikeluarkan untuk ke daerah Timur Indonesia ternyata jauh lebih mahal ketimbang kami pergi ke EL Nido. Perbedaan antara EL Nido dan pantai laut cantik di Indonesia adalah betapa orang local disana sangat aware terhadap pariwisatanya. Tidak akan kita temui penjual yang maksa-maksa, pengemis, ataupun sampah berserakan di laut dan pantai. Semua totally dijaga. Untuk itu, mereka mengenakan eco tourism yang berlaku selama 10 hari per org sebesar PHP 200 (atau jika dirupiahkan sekitar 44,000). Dengan begitu kita ikut serta berkontribusi menjaga keindahan alam mereka. Pariwisata kita untuk alam memang tiada duanya, namun perawatan dan kemauan menjaga dari orangnya yang tidak ditemukan di Indonesia.

KENAPA harus Philipine? Tidak ke Thailand? Yg lebih mudah askesnya? Ribet banget ke Philipine?

Jawabannya simple. Kami mau yang beda, tidak biasa J sudah banyak org yang berkesempatan ke Phuket, Ho chi min, Singapore, Malaysia, sejak dibukanya penerbangan murah kesana. Tp jarang orang mau melirik tetangga kita yang satu ini padahal secara ekonomi mereka jauh di bawah kita, barang-barang disana dan harga makanan jauh lebih murah. Cocok bukan untuk traveler backpacker kaya saya dan sahabat saya yang kantongnya terbatas. *LOL*
Ok, terus gimana caranya kesana? Ngapain aja? Berapa lama? Ada apa? Boring ga sih? Mahal ga?

Untuk mencapai EL nido, sebenarnya bisa beberapa cara. Tentunya kita perlu sampai ke Manila dulu.
How to get there?
  1. Rute flight Jakarta-Manila, disambung flight Manila-Puerto Princesa, jalan darat 5 jam by van ke EL nido atau bisa dengan bis (tp kurang nyaman yang disebut dengan “jepney”) sekitar 8 jam perjalanan dari San Jose Terminal.
  2. Dari Manila ada pesawat kecil ukuran sekitar 15-20 orang dengan awak pesawat yang langsung menuju El nido. Tapi cukup pricey mengingat one-way Manila-ELnido itu sekitar Rp1 jutaan cost nya.
  3. Menggunakan ferry. Hanya ada di hari-hari tertentu, dan lama perjalanan cukup panjang. Bagi yang suka mabok laut amat sangat tidak disarankan.


Rute pertamalah yang kami tempuh, penerbangan by cebu pacific airlines sempat delay sekitar 45 menit dari Jakarta ke Manila. Perjalanan pesawat selama 4 jam. Hari pertama, Sesampainya di Manila, dari kursi pesawat saya bisa jelas melihat awan yang berwana orange karena sun rise. (ga lupa untuksedikit ambil foto dari kursi pesawat).

Pagi hari kami sampai di Manila, kami mengurus imigrasi dan lainnya lalu sarapan di Manila sambil menunggu penerbangan selanjutnya ke Puerto Princesa. Saya sendiri makan hot dog jika dirupiahkan hanya sekitar Rp10,000. (ini di bandara loh, compare klo kita makan di Soeta Airport J).

Selesai sarapan, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Puerto Princesa, pesawat kali ini on time. Perjalanan tempuh sekitar 1 jam 15 menit. Perbedaan waktu antara Manila dan Jakarta hanya 1 jam (seperti dengan SG atau Bali). Sesampainya di Puerto Princesa, kami tidak langsung berangkat ke El nido. Hari pertama kami menyempatkan menginap di Puerto Princesa, namanya House of Rose. Rumah nya bagus, kamarnya karena harga backpackers, Cuma $10/night , sudah untuk bertiga, tanpa AC, kasurnya mirip dormitory. Rose sang pemiliknya juga sangat ramah.

Di Puerto Princesa, kami menyempatkan untuk caving di Underground River yang sangat terkenal di Palawan dan menjadi 7 nominee International Heritage (kaya nominasi nya Pulau Komodo gitu deh). Untuk ini kami sengaja mengambil tour by Hadefe travel (harganya sekitar PHP400 sudah termasuk makan siang). Seperti biasa orang Philipine itu welcome dan ramah seperti orang Indonesia. Saking kita dibilang mirip sama mereka beberapa kali kami sering diajak ngomong bahasa TAGALOG, dan lagi2 kami cuma bisa menjawab “am sorry Mam/Sir we don’t understand, we’re from Indonesia”. Terus ga aneh deh liat tampang mereka yang kaget. Begitulah seterusnya terjadi beberapa kali.


Di Underground River , kita akan dibawa sekitar 30-40 menit menggunakan boat untuk menuju ke gerbang cave. Setelah itu kita akan register dulu ditanya umur berapa, gender, dan nama lengkap untuk mengurus license. Sebelum naik boat, karena udah jam makan siang, kita disediakan makan siang oleh Hadefe (system buffet) di depan pantai dulu sebelum menuju boat. Makanannya babi (bagi yg non muslim), ayam, lalap, sambal, minumnya RC cola. RC Cola disana ga kalah ngetop sama cocacola. Makanannya menurut opini saya,  biasa aja, cukup untuk mengganjal perut sebelum melakukan caving. Yang seru, waktu kita ditawarin sama orang local  buat makan “mangrove wood worm”. Karena selalu pengen coba sesuatu yang baru kita iya2 aja dan harganya PHP 100 (atau sekitar  Rp22,000). Pas liat aslinya ternyata itu cacinggg iiii……..yaiyalah namanya aja worm. We felt like survivor. Yang berani makan tuh cacing mentah dikasi cuka dan cabe doang cuma saya dan Anita, Achong sih geli2 gitu, hehe.. RASANYA GIMANA?? Wahhhhhh kaya ingus berlendir!! kalo ditawarin lg saya ga janji bisa makan buat yang kedua kalinya ya…hahaha…kecuali kepepet kaya SURVIVOR di film-film Holywood gituh hehe.


Akhirnya kita pun caving di under ground river sepanjang 1.5 km saja, sebenarnya panjangnya 8 km, tp menurut pengelola untuk ambil caving 8 km itu dibutuhkan license khusus lagi yang berbeda. Dan saya fikir tidak semua orang juga berani. Kalau ada yang udah nonton film SANCTUM, beneran mirip, yang diliat hanya gua2 dengan air di bawahnya, dan gelap serta bau kotoran kelelawar dan para penghuni gua lainnya. Kita satu perahu hanya dikasih 1 lampu yang harus dipegangin sepanjang jalan. Amazing liat bentuk-bentuk stalaknit yang mirip macem-macem, ada yang seperti Holy family, corn, mushroom, naked lady, dan masih banyak lagi. Suasana spooky nya gua juga dapet banget. Buat yang suka caving, bisa dicoba.

Seleai caving, kami pun menyempatkan beli oleh-oleh di Tiange-Tiange Market. Disini barang murah-murah, kita bisa temukan berbagai macam camilan, oleh-oleh untuk tempelan kulkas, sandal, kaos-kaos. Harga kaos dengan kualitas yang udah bagus jika dirupiahin sekitar 25-40 ribu. Cincin mutiara dari yang biasa sampai bagus harga Rp20,000 sampai ratusan ribu. Sandal sekitar Rp20,000. Dan banyak lagi. Khas mereka adalah kacang mede, dry mangoes, dan serba produk kacang. Enak-enak banget dan murah kalau dibandingkan kita beli di Indonesia.

Kalau sempat ke Puerto Princesa, jgn lupa juga coba mampir di BADJAO Restaurant. Restonya di atas laut, pokonya udah kelasnya mahal kaya Bandar Jakarta mungkin. Masuknya aja udah bikin jiper, mana saat itu kami cuma pake baju tidur, karena pikiran kami ga mewah kaya begitu. The nekad traveler pun memberanikan diri masuk dan liat price list nya. Saya pribadi cukup kaget harga sea food platter yang cukup buat 3 orang udah berisi kepiting 2 buah, tiram 3 buah, cumi, udang banyak, dan lainnya itu cuma dihargain sekitar Rp120,000. Itu pun udah kenyang. Total makan minum pake juice segala di Badjao restaurant untuk bertiga: PHP 1,020 atau sekitar Rp224,000. Menarik bukan?? J

Hari kedua, melanjutkan perjalan pagi hari ke EL NIDO. Menyempatkan sarapan di house of rose (harga kamar $10 tidak termasuk breakfast ya), makanannya lumayan enak, mangga Philipine tu enak banget loh manisnya pas, kenyalnya pas. Pokonya harus makan mangga kalo kesana.

Van menjemput kami di house of rose, harga per org van Puerto Princesa ke EL nido (sudah AC) itu PHP 700 (kalau dijemput), PHP 600 kalau dari San Jose terminal. Perjalanan seperti yang saya sudah sebutkan sekitar 5 jam. 1 jamnya full off road, yaa lumayanlah bikin pantat tepos, pegel, dan kaki berasa semutan. Hehe… tapi percaya deh perjalanan panjang itu akan terbayar ketika melihat pemandangan di EL nido yang saya speechless jelasinnya. Mirip raja ampat KW sekian mungkin, kalo Raja Ampat punya gundukan (apa sebutan pasnya saya kurang tahu), bentuk El Nido  lebih tajam-tajam tapi banyak berserakan begitu di lautnya. Kira-kira seperti itu. Sampai di EL nido sekitar siang hari, kita memang maunya leyeh-leyeh, beres check in di Rossana Cottage (1 malam untuk bertiga itu sekitar Rp250-300 ribu jika dirupiahkan) sudah AC, kamar besar bgt, kamar mandi modern banget dengan shower dan WC duduk. Satu cerita lain dari Philipine, kamar mandi sejelek apapun itu ga BAU. Kayanya org sana bersih-bersih dan rajin menyiram yaaa….:))

Rossana Cottage terbilang bagus, banyak cottage lain di sekitar El Nido , cukup bisa ditempuh dengan berjalan kaki kalau belum punya bookingan kamar dan tanya-tanya ke penduduk local. Resort yang terbilang kelas atas dan mahal itu Miniloc dan EL nido resort. Suasana kotanya sepiiiiii bangetttt, jam 9 malem udah banyak orang tidur. Hanya beberapa tricycle (sejenis kendaraan sepeda motor beroda 3 buat alat transport penduduk hargnya sekitar PHP10 atau 2000 perak untuk jarak dekat) yang melintasi kota el nido. Hari kedua ini dihabiskan dengan leyeh-leyeh, liat-liat kotanya, jajan2, foto2 di depan El nido Boutiqe and Art (yang terkenal banget di EL NIDO) dan juga istirahat sambil prepare buat adventure besok. Kami pun sudah memperoleh teman bareng sepasang suami istri perpaduan Rusian dan Ukraina. Cerita tentang mereka, lucu, mungkin mereka seusia orang tua kami tapi semangatnya anak muda banget. Si suami bernama Alex bekerja di perusahaan minyak gitu, katanya mereka kerja 4 bulan, liburan 4 bulan, wowww asik banget ya jadi bule. Istrinya tidak bisa berbahasa Inggris. Terus kita diajarin bahasa mereka, ucapan terima kasih dalma Rusian itu SPACIBA!!! (saya tidak tahu tulisan benarnya kurang lebih dibacanya” Spasiba”). Kami pun bertukar foto, cerita, dan mereka mengundang Kami someday ke Moscow. (mauuuuu!!!). Kami juga memberitahu “Terima KAsih”, setiap kali mereka foto mereka selalu bilang: one, two, Trimakasih. Hahahaha…dan selalu begitu.

Sdeikit membahas bahasa, di Philipine karena mungkin masih satu rumpun dengan Indonesia, banyak bahsanya yang mirip, Terimakasih artinya SALAMAT. Kalo di Bahasa kan lain arti. Bahasa yang serupa adalah SAKIT (artinya sama dengan bahasa kita). Ada juga yang serupa seperti LAKI-LAKI, hanya disana bilangnya cukup satu LAKI.

Hari ketiga, inilah hari yang ditunggu. Kita ambil dari Rossana Cottage Tour A seharga PHP 700/pax (kalo sewa alat snorkel tambah PHP 100). Semua cottage dan tour menawarkan harga yang sama, hebatnya lagi disana. Jadi kemanapun kita cari yaaa harganya sama tinggal yang membedakan service. Tour A meliputi:
1) Small lagoon
2) Big Lagoon
3) Payong Payong Beach
4) Secret Lagoon
5) Semizu Island
6) 7 commando

inclusions: boat, fees, guide, lunch.

Muraaaahhhhh bukaaaaaaann? Perjalanan menjelajah pulau dimulai dari jam 9 sampe jam 4/5 sore. Puaaassss banget… !! Makan siangnya ayam bakar, ikan bakar, nasi, dan buah-buahan :pisang dan semangka, mereka juga sediain kopi. Tapi air minum bawa sendiri yaaa…apa lagi kalau mau bawa beer or soft drink.

Favorit saya pribadi adalah Small Lagoon dan Secret Lagoon. I don’t know why hanya saja saya merasa seperti di belahan dunia lain dan belum pernah saya liat sebelumnya. Nembus-nembus batu ketika sampai ke tempat yang dituju yakni danau kecil berwarna hijau diapit tebing-tebing tinggi. Wowwww!!!!! Kita bisa berenang, foto-foto dan bergaul sama bule-bule tentunya. Jiaaahhh exist bangetttt hehehe..

Beberapa tempat yang disebutkan di atas hanya beberapa yang bisa untuk snorkeling atau free dive, comment  sedikit soal under waternya, saya rasa Indonesia punya yg lebih dari mereka. Mirip-mirip kaya free dive di Bunaken kalau saya bilang. Di small lagoon bisa foto2 under water juga, sambil liat palung-palung dan coral dan terumbu bawah laut. Kami pun sempat melihat sekelompok lumba-lumba, dan ubur-ubur yang tidak beracun seperti yang dimiliki di Derawan.

Hari keempat, kali ini kami mengambil tour B harganya PHP800/pax.
1) Pangulasian island
2) Snake Island
3) Cudognon Cave
4) Pinagbuyutan Island
5) Catedral Cave
6) maaf saya lupa satu lagi
inclusions: boat, fees, guide, lunch.

Lebih mahal karena jaraknya lebih jauh. Menu makan siang hari kedua: ayam bakar, cumi bakar. semangka, dan mangga!!!!! Waaa… enaaakk, makan di snake island, di pinggir pantai. Ga lama di Snake Island turun hujan, kita sempat liat pemadangan dari gubuk di atas bukit snake island yang kereeeeennn banget. Lama di pulau ini karena sambil nunggu air nya surut supaya bisa jalan di tengah pasir yang diapit dua air laut kaya di Pulau Pombo nya Ambon. Akhirnya surut, asik foto-foto, nikmatin view, berasa di belahannnn plaet mana. Airnya hijau, bening, dan bersih.

Spot favorit saya di hari kedua jatuh pada Snake Island, karena beda aja dan mudah saya ingat.
Please note, namanya snake island bukan berarti pulaunya ada banyak ular tapi bentuk pasir yang membelah lautannya dan mengeliuk itu yang mirip ular, makanya disebut snake island.

Tour berakhir pukul 5, kami pun berpisah dan mengucapkan terima kasih pada Denis sang tour guide kami, dan memberikan dia tip sebesar PHP200.

Kami pun istirahat dan tidak menyia-nyiakan malam terakhir di ELNIDO. Atas saran Denis dan penduduk local, SKY LINE adalah café yang enak dan murah di EL Nido, malam pertama kami sempat makan di EL NIDO Boutiqe and Art dengan menu pizza, spaghetti, san Miguel, dan milkshake (ga nyambung bgt) haha…

Namun Malam kedua dan ketiga kami makan di SKYLINE, menu kami pun beda-beda. Steam fish, ikan bakar, dan udang bakar menjadi menu pilihan malam kedua. Malam ketiga di Elnido kami puas-puasin dengan memesan makanan mahal di Indonesia kaya Bird nest soup (sarang burung walet), abis disana cuma PHP200 atau sekitar Rp44,000 compare di Indo soup ini dihargain 100 ribu ke atas. Pesan ga tanggung2 3 mangkok!!!  J Dan tentu, calamari, grill squid, grill tiger prawn, grill prawn, etc. puassssss sampe kenyaaang!!!

Oya, kalo ke Philipine cobain sambal khas pedassssnyaa bener-bener pedas membakar lidah…tp jangan harap nemu sambel kaya ABC, hehe….disana cenderung salty dan plain.

Kenyang makan. Saya sendiri nyempetin diri mijit, sementara 2 sahabat saya sih balik ke cottage, maklum hobi pijit, hehe berhubung badan pegel2. Harga pijitnya kurang lebih sama kaya di Indo PHP400 (atau skitar Rp88,000), full body 1.5 jam. Enaaaaaaakkk banget pijitannya si mba Philipinos itu….dr ujung kaki sampai ujung kepala. Fresh.

Hari ke lima (terakhir) kami liburan, pagi hari dengan rute sama kami naik van ke Puerto kali ini kami turun di San Jose Terminal dengan harga PHP600/pax. Duduk tidak terlalu menyiksa kali ini, bahkan kami sempat mengobrol dengan wanita local yang menikah dengan bule South Africa (ganteng suaminya, hehe ga penting mentioned gantengnya) dan dia surprised kalau kami orang Indonesia. Katanya, “probably, you are the 1st Indonesian people come to el nido” wooowww so proud of us. (ah padahal dianya aja yang baru liat org indo di El nido kali pasti ada org sebelumnya yang sudah pernah kesana) hehe..….

Perjalanan pulang ke Puerto, kami sempat makan siang di tempat persinggahan van namanya Fortwally (oya kalau mau sewa van-nya search aja fortwally ini), ada banyak van yang mengantar anda dengan rute Elnido-Puerto Princesa-Elnido. Harganya samaaa! Jadi kalo ke Philipine gakan nemu harga yang jauh-jauh beda.

Sesampainya di airport sekitar siang hari (kecepetan) kami leyeh-leyeh saja dulu di salah satu café di depan bandara, lanjut imigrasi. Perjalanan cukup melelahkan dengan turbulensi yang cukup support jantung, tapi akhirnya semua berjalan lancar dan kami selamat kembali ke Jakarta.

Trip yang benar-benar nekat tapi sangat menyenangkan. Sekian cerita trip saya kali ini. Happy browsing and happy vacation guys. God makes the universe for us, so keep it wisely!! :)

5 comments:

  1. Nice info.. thank u for sharing... total biaya yang dikeluarkan berapa ya? alokasi waktu yg cukup buat menikmati itu kira2 brp lama? Thanks

    ReplyDelete
  2. wow.... ceritanya membuat saya ingiin kesana
    El Nido..i'm coming ;) thanks yaaa 4 sharing...!

    ReplyDelete
  3. jadi ngebet pengen ke palawan..mau ke el nido..

    ReplyDelete
  4. ijin sharing dan coppast. sumber saya sertakan.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete